Benteng Duurstede di Saparua: Monumen Perlawanan Pattimura

Saparua, Maluku — 18 Juni 2025 — Terletak di atas bukit karang di pesisir Pulau Saparua, Benteng Duurstede kini tampil sebagai ikon perlawanan dan destinasi wisata sejarah yang sarat makna. Benteng ini awalnya dibangun oleh Portugis pada tahun 1676, lalu direbut dan direkonstruksi oleh Gubernur VOC Nicolaas Schagen pada 1691 sebagai pusat administrasi dan pertahanan kolonial .

Strategi Militer dan Arsitektur

Benteng ini berbentuk wajik mengikuti kontur tebing, berdiri di ketinggian sekitar 7 meter, dengan dinding tebal hingga 1,25 meter dan posisi strategis menghadap Teluk Saparua. Terdapat embrasur, meriam, menara pengawas, serta struktur pertahanan yang memungkinkan kontrol atas jalur pelayaran rempah-rempah .

Penaklukan oleh Pattimura (1817)

Pada 15–16 Mei 1817, rakyat Saparua dibawah kepemimpinan Thomas Matulessy atau Kapitan Pattimura merebut benteng ini. Penyerangan tersebut berakhir dengan terbunuhnya Residen van den Berg dan sebagian besar tentara Belanda—hanya putranya yang masih kecil yang selamat. Mereka menguasai benteng selama tiga bulan, memicu gelombang perlawanan di Maluku.

VOC yang terancam kemudian melancarkan serangan balasan besar-besaran dibantu pasukan dari Ternate dan Tidore pada November 1817. Pattimura ditangkap dan pada 16 Desember 1817 dieksekusi di Benteng Nieuw Victoria, Ambon.

Revitalisasi & Gedung Edukasi

Renovasi besar-besaran selesai pada akhir tahun 2024, menghabiskan sekitar Rp 2 miliar guna memperkuat struktur tembok dan restorasi sejarah. Peresmian di tahun 2025 bertepatan dengan Hari Pattimura ke-208 menuai pujian, termasuk dari DPRD Maluku Tengah yang menyebut benteng kini mencerminkan “semangat baru dan kebanggaan orang Maluku”.

Puncak upacara ditandai dengan nuansa khidmat ribuan orang berkumpul untuk mengenang Pattimura, simbol perjuangan rakyat Maluku.

Informasi Pengunjung

  • Jam buka: Setiap hari, mulai pukul 08.00 hingga 18.00 WIT .
  • Fasilitas: Spot melihat pemandangan Teluk Saparua, diorama perjuangan Pattimura, meriam asli, pos pengawas, dan bangunan bekas ruang tahanan serta gudang rempah.

Makna & Kesimpulan

Benteng Duurstede bukan sekadar tinggalan arsitektur kolonial. Ia adalah simbol perlawanan kaum pribumi terhadap penjajahan, saksi perjuangan Pattimura, dan cerminan semangat kebersamaan rakyat Maluku. Melalui renovasi dan pengelolaan yang baik, benteng ini menjadi ruang edukasi, refleksi, dan inspirasi bagi generasi penerus.

Pelestarian situs ini mengajak masyarakat untuk terus mengingat sejarah serta menegaskan identitas lokal sebagai bagian integral dari narasi besar bangsa.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *